TULISAAN BERJALAN

SELAMAT DATANG DI BLOG MI NEGERI WONOSOBO

Rabu, 14 Maret 2018

PENGEMBANGAN KESADARAN DIRI




Kepala sekolah yang ingin melaksanakan program pengembangan kesadaran diri pertama-tama harus melihat kebijakan yang berlaku disekolah dan menentukan apakah kebijakan tersebut cenderung tidak menghargai ataukah meningkatkan peran guru. Sebagai contoh kebijakan sekolah yang senantiasa memantau guru-guru memastikan adanya kesamaan pendapat dan tindakan atau tidak melibatkan guru-guru dalam proses pembuatan keputusan harus dikaji kembali. Tindakan pengawasan ketat yang membuat guru-guru merasa tidak dihargai dan tidak dipercaya juga harus dihentikan. Kepala sekolah yang sulit mendelegasikan tugas atau merasa bahwa semua keputusan harus lewat dirinya perlu mengubah manajemennya jika ia ingin mengembangkan kesadaran diri guru.
Kepala sekolah yang benar-benar ingin membina warga sekolah agar memiliki kesadaran diri yang positif perlu mengembangkan lima sikap diri, yaitu perasaan aman, perasaan memiliki jati diri, perasaan turut memiliki, kesadaran akan perlunya tujuan, dan kesadaran akan kemampuan pribadi. Kelima sifat tersebut bersifat urut, dalam arti bahwa seseorang tidak mungkin merasa memiliki kemampuan pribadi apabila merasa tidak aman (Reasoner, 1986: 12).
Setiap orang dapat meningkatkan kepekaan perasaan sehingga memiliki tenggang rasa yang tinggi, yakni dengan membayangkan suatu keadaan dipandang dari sudut pandang orang lain. Dengan jalan demikian orang akan menjadi lebih peka terhadap reaksi orang lain, dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Akibat selanjutnya, orang tersebut dapat lebih memahami orang lain dan dapat memovasinya untuk melakuka yang terbaik.
Menurut Timpe ada tiga metode yang dapat kita gunakan untuk menambah kepekaan perasaan sehingga memiliki tingkat empati yang tinggi. Pertama, dengan melakukan introspeksi dan dengan menggunakan teman terpercaya sebagai tempat berkaca diri. Kedua, dengan mencari bantuan seorang professional. Ketiga, melalui interaksi dengan kelompok yang mengikuti pelatihan kepekaan perasaan.
Perlu juga disadari bahawa orang dapat termotivasi secara positif oleh peluang untuk menambah kepuasan, dan secara negatif oleh kekhawatiran bahwa kepuasannya akan berkurang. Seseorang yang sangat menghargai jaminan hidup akan termotivasi positif untuk mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan kelangsungan pendapatan. Apabila yang bersangkutan telah memperoleh pekerjaan tersebut, ia akan termotivasi negative oleh ancaman kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu kita harus bekerjasama dengan orang lain intensif positif maupun negatif. Namun, usaha yang maksimal harus diarahkan untuk menggunkan intensif positif.
Hal lain yang perlu diingat bahwa ada pegawai yang dipacu oleh hasrat untuk mendominasi orang lain. Hal ini biasanya merupakan suatu reaksi terhadap perasaan tidak aman dan harga diri yang rendah. Orang yang memilki hasrat untuk mendominasi sebaiknya tidak diberi tugas menjadi pengawas atau koordinator karena ia cenderung mematikan inisiatif dan kreativitas.
Empati merupakan kualitas utama yang ketiga untuk meningkatkan hubungan antar pribadi. Kualitas yang pertama dan kedua adalah keihlkasan dan cinta tanpa ingin memiliki. Empati merupakan kemampuan untuk benar-benar melihat dan mendengar orang lain dan memahaminya dari perspektif orang lain tersebut. Menurut Carl Rogers, ketiga kualitas tersebut sangat penting untuk membangun hubungan komunikasi yang konstruktif (Bolton, 1979: 259). Dengan kata lain, keikhlasan, cinta tanpa ingin memiliki, dan empati merupakan keterampilan sosial yang perlu dikembangkan dalam setiap lingkungan kerja, termasuk sekolah, supaya dapat efektif atau berhasil dengan baik.
Komunikasi atau hubungan social merupakan perwujudan dari sikap dasar melalui metode dan teknik yang khas. Teknik-teknik komunikasi hanya berguna selama teknik-teknik tersebut memudahkan pengungkapan kualitas manusia yang utama. Orang yang menguasai keterampilan komunikasi, tetapi kurang memiliki keikhlasan, cinta tanpa ingin memiliki, dan empati akan merasakan bahwa keterampilan tersebut tidak relevan, bahkan membahayakan. Sebagai contoh, orang yang sangat terampil berbicara, tetapi kurang dapat memahami lawan bicara dari perspektif atau pandangan lawan bicara tersebut , kemungkinan akan dibenci oleh orang banyak. Jadi, teknik komunikasi saja tidak dapat menciptakan hubungan sosial yang memuaskan.
Empati dapat dimaknai menyelami perasaan orang lain, namun masih tetap menjaga beberapa keterpisahan. Empati berarti dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, tanpa kehilangan jati diri. Untuk itu, dibutuhkan kemampiuan menanggapi secara tepat kebutuhan orang lain tanpa dipengaruhi olehnya. Orang yang empatik dapat merasakan kepedihan perasaan orang lain, tetapi tidak ikut terluka perasaannya. Ia dapat merasakan kebingungan, kemarahan, ketakutan, atau cinta orang lain seolah-olah hal tersebut menimpa perasaannya sendiri, tetapi ia tidak kehilangan kesadaran bahwa hal tersebut hanya “seolah-olah”.

Dipublikasikan oleh Aftrino Ridlo Hidayat - Guru Kelas V MIN Wonosobo 2017-2018.
( Diambil dan dikembalikan pada Buku "Humanisasi Pendidikan")